Asik Berenang, Bocah 10 Tahun Diduga Disambar Buaya di Sungai Sangatta

KUTAI TIMUR – Seorang anak berusia 10 tahun dilaporkan hilang setelah disambar buaya saat berenang di Sungai Sangatta, RT 35 Keluarahan Singa Geweh, Kecamatan Sangatta Selatan, pada Sabtu 26 April 2025.
Kepala Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Kutai Timur melalui Koordinator Pos SAR Sangatta, Aurelius Godja menjelaskan kerjadian tersebut sekitar Pukul 16.30 WITA. Korban berinisial F, warga RT 34, saat itu berenang bersama enam teman sebayanya. Berdasarkan keterangannya, korban merupakan anak terakhir yang melompat dari pohon ke sungai sebelum tiba-tiba disambar buaya.

“Korban sempat megang bambu, namun kemudian kembali ditarik buaya kedalam air,” ucap Godja saat dikonfirmasi di sekitar Tempat Kejadian Perkara (TKP), Pukul 18.20 WITA.
Setelah mendapat laporan, operasi pencarian langsung dibuka sore itu. Namun, mengingat kondisi dan faktor keselamatan, pencarian malam hari hanya dilanjutkan oleh Laskar Kebangkitan Kutai (LKK) yang dinilai berpengalaman dalam menangani insiden terkait buaya.

Sementara itu, Basarnas bersama tim gabungan dari Kepolisian Resor (Polres) Kutai Timur, Dinas Perhubungan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kutai Timur, Tagana, Relindo, Kepolisian Air dan Udara (Polairud) Polda Kaltim, Polairud Polres Kutim, Saka Besar serta Palang Merah Indonesia (PMI) akan membackup dan akan melanjutkan pencarian intensif mulai pagi keesokan harinya.
Tak hanya itu, Godja mengatakan terdapat dua unit perahu karet dari Basarnas dan Pemadam Kebakaran Kutai Timur, empat ketinting milik warga, serta dua ketinting milik LKK yang digunakan dalam proses pencarian itu.
“Kita harapkan nanti teman-teman yang lain, dari BPBD sama PMI nanti bergabung dengan alut (alat utama) nya masing-masing,” ujarnya.
Senada dengan kejadian tersebut, Ketua RT 35 Kampung Kajang, Kamsiah membenarkan terkait dugaan anak-anak kerap mandi di lokasi kejadian meski sudah sering diingatkan.

“Anak-anak itu memang sering mandi di situ sudah sering ditegur, tapi kadang orang tuanya marah kalau anaknya ditegur,” ungkap Kamsiah dirumahnya saat dimintai keterangan terkait kejadian tersebut.
Ia menambahkan, warga sudah lama mengetahui adanya buaya di kawasan tersebut. Bahkan buaya yang diduga menyerang korban dikenal warga karena sering menampakkan diri dan diperkirakan berukuran sekitar 7 hingga 8 meter.
“Buaya itu memang sering muncul. Ada dua ekor, tapi yang satu ini (yang diduga menyerang korban) memang sering timbul sampai dikasih nama buaya itu Amau,” tambahnya.
Menurutnya, keberadaan buaya tersebut sudah pernah dilaporkan kepada pihak berwenang, terutama setelah diketahui buaya sempat bertelur di sekitar pemukiman. Namun hingga kini, belum ada larangan atau peringatan dipasang di lokasi tersebut.
“Itu sudah sempat kita laporkan juga kemarin kan waktu ada buaya bertelur di situ, di belakang rumahnya Merinit (warga setempat). Jadi dilaporkanlah ‘coba bisa di anulah, di tangkar (amankan) buaya itu’ tapi sampai sekarang enggak ada,” terang Kamsiah.
Setelah kejadian itu, ia berharap agar dipasang rambu-rambu larangan berenang di wilayah tersebut karena berpotensi dapat diserang oleh predator seperti buaya.
“Itu yang perlu, karena buaya sering muncul di sini,” pungkasnya. (RH)
Tinggalkan Balasan