‎Terciptanya Harapan dalam Ajang Persaudaraan PWI Kutim Peringati HUT ke-80 RI

Loading

JARUM jam menunjuk pukul 16.00 WITA. Udara sore di Sangatta terasa lembap, sementara butiran debu tipis menari di jalan utama. Dengan motor matic putih yang catnya tertutup debu perjalanan, saya melaju santai sekitar 40 km/jam, meninggalkan Kantor Berandaindonesia.id menuju Sekretariat Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kutai Timur di Jalan H Abdullah, Gang Naila, RT 13. Ada harap yang saya bawa sore itu pulang dengan predikat juara pertama dalam lomba memperingati HUT ke-80 Republik Indonesia.

‎Perlombaan yang digelar PWI Kutim sejak 15 hingga 18 Agustus 2025 bukan sekadar ajang hiburan, melainkan juga ruang kebersamaan. Wartawan dari berbagai media berkumpul, bersaing sekaligus bercanda. Tawa dan riuh tepuk tangan tak pernah berhenti terdengar. Dari esport, catur, tenis meja, hingga domino semua cabang digelar demi memeriahkan suasana.

‎”Ya, untuk seru-seruan aja sih sekaligus ngumpul sama anggota yang lainnya,” ucap Ketua Panitia Pelaksana, Yusuf.

‎Saya memberanikan diri ikut di semua cabang e-football PlayStation 4, catur, tenis meja dan domino. Dunia yang berbeda, namun punya satu benang merah yaitu butuh fokus, ketenangan dan keberanian mengambil risiko.

‎Di arena esport, jari-jemari menari lincah di stik PS4. Degup jantung saya kerap lebih kencang daripada sorak penonton. “Ayo, ayo! kalahkan juara bertahan” teriak seorang rekan yang menonton di belakang.

‎Sementara di meja domino, ketegangan berbeda hadir. Setiap kartu yang dibuka bisa menjadi penentu, apakah saya bertahan atau tersingkir. Sesekali saya bergumam dalam hati “Kalau kartu ini keluar, mungkin semua berubah.”

‎Perasaan campur aduk menyelimuti. Ada ragu, ada degup harap, ada tanya, apakah keberuntungan berpihak? Namun saya terus berpegang pada satu keyakinan setiap langkah harus dijalani dengan konsentrasi penuh.

‎Hingga akhirnya tiba momen yang ditunggu pengumuman pemenang. Nama saya (Ronny) disebut bukan hanya sekali, melainkan dua kali. Juara pertama esport dan domino, saya sendiri dan juara kedua Akrom dari media Kaltim Post. Saya sempat tertegun. Tepuk tangan bergema, sorak sorai riuh, dan sejenak saya seakan tak percaya.

‎Yusuf yang menyerahkan hadiah, juga tak menyangka. “Pemain baru dan juara baru hadir di tahun ini,” ujarnya dengan nada kaget sekaligus takjub. Ia menyerahkan hadiah berupa tumbler 700 ml dan Rice Box berkapasitas sekitar 5 kilogram.

‎Sedangkan untuk olahraga tenis meja dimenangkan oleh Rahman dari media beritatiga.com dan juara kedua dari salah satu anggota Diskominfo Kutim, Tejo.

Di sisi lain, juara olahraga catur di kantongi oleh pendatang baru yakni, Cukke dan juara runner-up Bonar dari media kabaretam.com

‎Bagi saya, lebih dari sekadar gelar juara, kemenangan itu memberi makna tersendiri. Ada rasa syukur upaya dan kesabaran akhirnya berbuah manis. Ada pula kebanggaan, karena bisa ikut menghidupkan semangat kemerdekaan bersama komunitas ini.

‎Saat matahari mulai condong ke barat, saya pulang dengan hati lega. Debu kembali menempel di motor matic putih, tapi kali ini bukan sekadar penanda perjalanan melainkan saksi cerita kemenangan yang akan selalu saya kenang setiap Agustus tiba.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini