Mahasiswa KKN IAIN Palopo Posko 87 Gelar Pertunjukan Kesenian Kuda Lumping di Desa Wiwitan

Loading

LUWU — Mahasiswa KKN IAIN Palopo Posko 87 berkolaborasi dengan Karang Taruna Desa Wiwitan mengadakan pertunjukan kesenian kuda lumping di Dusun Gerumbul 1, Desa Wiwitan, Kecamatan Lamasi, Kabupaten Luwu, Selasa 8 Oktober 2024.

Acara yang berlangsung meriah ini disaksikan oleh PJS Kepala Desa Wiwitan, aparat desa, serta warga setempat.

Kegiatan ini bertujuan untuk melestarikan kebudayaan lokal, terutama seni tari, yang menjadi warisan nenek moyang. Kuda lumping, salah satu kesenian tradisional Jawa, menjadi pilihan utama dalam acara ini. Tarian ini menampilkan sekelompok prajurit yang menunggang kuda yang terbuat dari bambu, dihias dengan warna-warna cerah, dan diiringi musik tradisional.

Pertunjukan kuda lumping di Desa Wiwitan menampilkan dua jenis tarian, yaitu tari Remong dan Pegon. Selain itu, atraksi menarik lainnya juga ditampilkan, seperti kesurupan dan kekebalan tubuh, di mana penari dapat menunjukkan kemampuan mengatasi rasa sakit saat didera pecut.

“Pertunjukan ini sangat penting untuk memperkenalkan dan mempertahankan kesenian kuda lumping di tengah arus budaya asing yang semakin deras,” ujar Pak H. Suwarso, PJS Kepala Desa Wiwitan. Dia mengapresiasi upaya mahasiswa KKN dan Karang Taruna dalam menjaga silaturahmi antar warga melalui budaya.

Tokoh adat setempat, Mbah Surahman, yang juga berperan sebagai pawang kuda lumping, menekankan pentingnya kesadaran masyarakat untuk melestarikan seni dan budaya lokal.

“Keunikan dan makna dalam tari kuda lumping harus dijaga agar tidak punah,” katanya.

Heri Kusmanto, Ketua Sanggar Kesenian Rajawali Putra, menambahkan bahwa kolaborasi seperti ini sangat penting untuk meningkatkan minat generasi muda terhadap kesenian tradisional.

“Dengan acara seperti ini, kami berharap dapat menginspirasi lebih banyak orang untuk terlibat dalam pelestarian budaya.”

Mahasiswa KKN IAIN Palopo Posko 87 mengungkapkan kebanggaan mereka atas antusiasme masyarakat Desa Wiwitan dalam melestarikan budaya kuda lumping.

“Kami berharap masyarakat terus menjaga dan melestarikan budaya untuk pemberdayaan desa,” ungkap salah satu mahasiswa.

Kegiatan ini diharapkan tidak hanya menjadi ajang hiburan, tetapi juga menjadi upaya nyata dalam melestarikan warisan budaya yang kaya di Indonesia, khususnya di Desa Wiwitan.(*/Ai)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini